REFORMULASI TAFSIR BIL MA’TSUR
Menimbang Manhaj Tafsir Al-Qur’an bi al-Qur’an Gagasan Thaha Jabir al-‘Alwani dalam Kitab Tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an
DOI:
https://doi.org/10.51875/attaisir.v3i2.139Keywords:
Tafsir bi al-ma’tsur, Thaha Jabir Al-‘Awani, Kitab Tafsir Al Qur’an bi al Qur’an, ReformulasiAbstract
Al quran merupakan kitab yang membawa misi hudan li an nas yang harus sejalan lurus beriringan dengan dinamika kebutuhan zaman. Oleh karena itu, muncul para ahli tafsir dengan metode dan teknik yang digunakan untuk memahami isi dari Al Quran lebih dalam. Terdapat beberapa penafsir yang menggunakan metode bil ma’tsur seperti al- Thabari, Ibnu Katsir, al-Tsa’labi, al-Baghawi, al-Samarqandy dan masih banyak lagi; ada pula yang menggunakan metode logika (baca: bil ra’yi) seperti al-Razi, al-Qurthubi, al-Zamakhsyari, al-Nasafi dan lain sebagainya; hingga yang menerapkan metode kepekaan rasa/esoterk (baca:bil al-isyary) seperti al-Tustari, Ibnu ‘Araby, Abu Muhammad Ruzbihan dan lain sebagainya. Akan tetapi lahirnya berbagai metode penafsiran justru ada yang memberikan hasil pemaknaan yang tidak semurni aslinya, bahkan ternodai oleh makna-makna di luar Al-Qur’an itu sendiri. Dari situlah kemudian lahir formulasi tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an yang menjadi bagian dari metode tafsir bil ma’stur sebagai cara terbaik untuk menggali makna tafsir Ayat. Tujuan penelitian ini adalah membahas metodologi tafsir Thaha Jabi dan gagasan formulasi tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an yang ia tawarkan dalam memahami teks ayat yang beraneka ragam dalam kitab yang berjudul Tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an karya Thaha Jabir al-‘Alwani. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah tafsir Thaha Jabir ini memposisikan teknik tadabbur sebagai pisau analisa pemaknaan ayat, namun, tadabbur masih kurang diminati dan dianggap sebagai perangkat “tambahan” dalam tafsir itu sendiri. Di sisi lain, keberadaan karya tersebut memberikan perhatian kepada ilmu tadabbur semakin berkembang