https://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/issue/feedAL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studies2025-01-17T14:55:14+07:00LPPM Institut Daarul Qur'an Jakarta, Indonesialppmidaqu@gmail.comOpen Journal Systems<p align="justify"><img src="https://storage.daqu.id/jurnalidaqu/cover/cover-al-isnad.jpg" />AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studies Journal is an electronic journal published by the LPPM Daarul Qur'an Institute (IDAQU). The AL ISNAD journal is dedicated to the study of hadith and hadith sciences that focus on and cover the scope of Sanad and Matan Hadith Studies, Hadith Understanding Studies, Hadith Thoughts, Hadith Interdisciplinary Studies: Hadith and Science, Hadith and Digital Space, Hadith and Technology, Hadith and Culture Pop , Hadith and Politics, Hadith and Social Movements, Hadith and Extremism, Hadith and Peacebuilding, and Hadith and Environment. Review processing using the system provided by OJS. Published twice a year, in June and December. The editors accept contributions of articles in Indonesian which contain 2500-5000 words and have never been published by other media. Quote using APA style..</p>https://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/515KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF HADIS (Analisis Studi Hadis Tematik)2025-01-16T08:53:48+07:00Ira Mulyaniiraa.mulyani27@gmail.comCindi Aprianielsycindi@gmail.comAbil Ashabangabil.ash@gmail.com<p>Penelitian ini membahas tentang kesehatan mental dalam perspektif Hadis, didasari oleh tingginya kasus kesehatan mental di Indonesia yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan mental sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Gangguan kesehatan mental memunculkan dampak negatif yang signifikan, seperti penurunan produktivitas, kurang fokus, mudah emosi, kecemasan, serta kekhawatiran terhadap masa depan. Selain memengaruhi kesehatan fisik, gangguan ini juga berdampak pada hubungan sosial. Penelitian ini bertujuan menjawab dua pertanyaan utama: bagaimana konsep kesehatan mental dalam Hadis Nabi Muhammad SAW, dan apa solusi serta pedoman dalam mengatasi masalah kesehatan mental menurut Hadis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis Hadis tematik (maudu’i) dan pendekatan kepustakaan (library research) berbasis data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hadis Nabi Muhammad SAW memberikan panduan praktis dalam menjaga kesehatan mental, seperti menjaga lisan, menjauhi penyakit hati seperti cinta dunia berlebihan dan putus asa, menjaga keseimbangan ibadah, serta menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Selain itu, Hadis juga menekankan pentingnya keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat sebagai landasan utama untuk mencegah gangguan mental. Ajaran-ajaran ini tidak hanya relevan tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberikan solusi yang aplikatif bagi individu maupun masyarakat dalam menghadapi tantangan kesehatan mental.</p>2025-01-17T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studieshttps://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/509Comparative Study Between Ḥadīth And Sirah Nabawiyyah Regarding the Birth of The Prophet Muhammad2025-01-12T11:34:44+07:00Muhammad Kharismuhammad54kharis@gmail.com<p><em>Ḥadīth and Sirah Nabawiyyah are two things that many people think are same, but actually they are two different things. ḥādīth is certainly part of the Sirah, but the Sirah is not necessarily part of the ḥādīth. ḥādīth is the main reference source of Sirah, while Sirah is one way to understand ḥādīth. Even though different, both have an equally important role in shaping and influencing Islamic law. This study will focus on the discussion of Sirah, precisely about the history of the birth of the Prophet Muhammad. A prophet who was sent by Allah as the last prophet whose birth was accompanied by many great events that contained various lessons. In this paper, the author uses a qualitative method with descriptive-explanative analysis through a historical approach. All the events described, both when the Arabs before knowing Islam until the arrival of the Prophet have a close relationship with one another. Allah has planned it neatly and sequentially</em></p>2025-01-17T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studieshttps://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/382KEHUJJAHAN HADITS LA ASHLA LAHU: KAJIAN HADITS MAN ‘ARAFA NAFSAHÛ ‘ARAFA RABBAHÛ 2024-12-23T12:02:04+07:00M. Iskandar Rois Shidiqiskandarois890@gmail.comManzilu Syifamanziel029@gmail.comMoh. Fadhli Bin LencengMohhdfadhlil.9806@gmail.comDr. Khamimkhamim.musa@yahoo.com<p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Penelitian ini menjelaskan secara mendetail tentang hadits </span></span><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Man `Arafa Nafsahữ `Arafa Rabbahữ</span></span></em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> , yang mana hadits tersebut ditemukan dalam kondisi tanpa sanad pada pendukung hujjah Abdus Shamad Al Palembani dengan pemikiran paham bercorak Panteisme. Dalam pandangan ulama hadits, hadits tersebut menggambarkan </span></span><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">la ashla lahu</span></span></em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> (maksudnya, laisa lahu isnad). Hadis ini memiliki makna mendalam dalam konteks makrifat billah sehingga masyhur dibahas oleh para Ulama Sufi seperti Ibnu 'Arobi, Hamzah Fanshuri, dan Burhanuddin Al-Baqo'i. Abu Syuhbah menjelaskan bahwa hadis masyhur dapat memiliki berbagai bentuk periwayatan termasuk tanpa sanad, dengan kemasyhurannya hadits ini dapat dipercaya sebagai hujjah dalam menjawab berbagai problematika sesuai penjelasan para ulama sufi. Hadits ini tidak ditemukan dalam kitab primer dan tidak memiliki sanad sehingga statusnya diragukan sebagai hadis. Beberapa periwayatan menunjukkan bahwa pernyataan ini dianggap berasal dari Nabi namun ada juga yang menyatakan bahwa pernyataan tersebut bukan hadis yang sah dan dianggap masyhur dari Yahya bin Mu'adz Ar Razi. Maka dari itu hadis tersebut di klaim bukan bersumber dari nabi, di klaim hadits maudhu', dan lain sebagainya. Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam mengenai hadits </span></span><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Manusia `Arafa Nafsahữ `Arafa Rabbahữ</span></span></em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> dan bagaimana kehujjahannya. Hasil penelitian ini menunjukkan hadits Man Arafa Nafsahu laisa marfu ila nabi melainkan kata Yahya bin Mu'adz, yang mana hadits ini banyak dinukil para ulama sufi.</span></span></p>2025-01-17T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studieshttps://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/519TRADISI PEMAKAIAN CELAK SEBAGAI PRAKTIK SUNNAH NABI (Studi Living Hadis di Pondok Pesantren Sindang Layung Bandung)2025-01-17T14:55:14+07:00Mila Kamilamilakamilah111@yahoo.comUlfah Zakiyahulfahzakiyah1@idaqu.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tradisi pemakaian celak sebagai implementasi sunnah Nabi di Pondok Pesantren Sindang Layung, Bandung, dalam perspektif living hadis. Tradisi ini tidak hanya dimaknai sebagai ibadah sunnah, tetapi juga sebagai upaya menjaga kesehatan mata bagi santri yang mengkaji kitab hingga larut malam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan praktik, latar belakang, serta resepsi santri terhadap tradisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian celak di Pesantren Sindang Layung dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan dan kesehatan. Para santri menerima tradisi ini dengan antusias berkat penjelasan manfaat dan dasar hadis yang diberikan oleh para pengajar. Penelitian ini memberikan kontribusi akademik dalam memahami penerapan sunnah Nabi dalam kehidupan komunitas Muslim melalui pendekatan living hadis, yang relevan secara praktis dan religius.</p>2025-01-17T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studieshttps://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/511PEREMPUAN YANG MENINGGALKAN ANAK UNTUK BEKERJA DALAM PERSPEKTIF HADIS2025-01-13T16:16:23+07:00Ulfah Zakiyahulfahzakiyah@idaqu.ac.idMuhammad Ghifarimuhghifari@idaqu.ac.id<p>Artikel ini mengkaji masalah perempuan yang meninggalkan anak-anak mereka untuk bekerja dalam perspektif hadis. Meski perempuan memiliki hak untuk bekerja, dilema muncul ketika pekerjaan mengharuskan mereka untuk meninggalkan anak-anak yang masih dalam usia pengasuhan. Artikel ini mengkaji solusi yang dapat diambil dalam mengatasi dilema ini berdasarkan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif, yang melibatkan analisis terhadap teks hadis dan pendapat para ulama baik klasik maupun kontemporer mengenai perempuan yang bekerja. Hasil penelitian menemukan tiga solusi utama: <em>pertama</em>, menciptakan lingkungan kerja yang ramah keluarga dengan kebijakan yang mendukung perempuan bekerja sambil mengasuh anak, sejalan dengan hadis Nabi yang mengajarkan untuk mempermudah urusan orang lain. <em>Kedua</em>, peran ayah dalam pengasuhan anak, yang seharusnya dibagi secara adil. <em>Ketiga</em>, dukungan sosial dari keluarga dan masyarakat untuk membantu pengasuhan anak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perempuan dapat menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan anak dengan dukungan yang tepat sesuai prinsip-prinsip Islam.</p>2025-01-17T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studieshttps://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/501INGKAR SUNNAH (Telaah Pemikiran terhadap Hadis)2025-01-08T14:49:43+07:00idris siregaridrissiregar@uinsu.ac.id<p>Fenomena <em>Inkar Sunnah</em>, yaitu penolakan terhadap kedudukan dan otoritas sunnah dalam sistem hukum Islam. Secara khusus, kajian ini berfokus pada pemikiran <em>Inkar Sunnah</em> yang tidak menerima terhadap hadis-hadis Nabi Muhammad saw. sebagai sumber hukum kedua setelah Alquran. Pembahasan dimulai dengan pengertian <em>Inkar Sunnah</em>, yang merujuk pada penolakan terhadap hadis-hadis yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Alquran atau rasionalitas modern. Selanjutnya, artikel ini menguraikan awal munculnya <em>Inkar Sunnah</em>. Dan juga membahas tentang pemikiran dan ajaran-ajaran inkar sunah, yang bertolak belakang dengan syariat Islam. Ajaran <em>Inkar Sunnah</em> juga dianalisis dari berbagai perspektif, seperti teologis, filosofis, dan hukum Islam, serta dampaknya terhadap pemahaman syariat. Artikel ini juga mengulas berbagai tanggapan ulama hadis terhadap fenomena ini, yang menegaskan pentingnya validasi dan penguatan metodologi ilmu hadis dalam menjaga kemurnian ajaran Islam. Dengan demikian, artikel ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang <em>Inkar Sunnah</em> dan implikasinya dalam kajian hadis serta syariat Islam.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Inkar Sunnah, Ajaran Inkar Sunnah, Argumen Ulama Hadis</p>2025-01-17T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 AL ISNAD: Journal of Indonesian Hadith Studies